Langsung ke konten utama

Cinta Tidak Harus Memiliki

Ku dekap erat tubuhnya, seakan tidak ingin melepaskannya sendiri dalam kesedihan yang begitu dalam. Ingin ku tepis air mata yang jatuh di pipi lembutnya, namun aku enggan tidak pantas rasanya aku melakukan itu padanya.
"Kamu jangan sedih lagi ya, kamu harus ikhlas menerima semua ini. Aku tahu ini memang berat" ku coba untuk menenangkan nya
"Aku tidak tahu harus berbuat apa kak, ini sungguh berat dan aku tidak percaya dia akan pergi secepat ini dan meninggalkanku sendiri" jawabnya sambil terus menangis
"Jangan berputus asa gitu Na, Mikhael juga tidak punya keinginan untuk pergi secepat ini dan meninggalkan orang yang dia sayang"
Namun, Ratna hanya bisa terus menangis di pelukanku.
Sungguh, kehilangan cinta sejati yang sangat sulit diterima oleh siapapun bahkan jika aku kehilangan Ratna wanita yang sangat ku cinta dalam diam selama ini juga tidak akan rela dan ikhlas. Melihatnya terluka membuat hati ini terasa sangat tersiksa.
Setelah Ratna selesai mencurahkan isi hatinya dihadapan makam Mikhael, akhirnya akupun mengajaknya untuk pulang dari tempat pemakaman tersebut. Karena aku tahu, semakin kami berlama-lama disana tidak baik untuk kesehatan Ratna karena saat itu cuaca panas sangat terik sehingga begitu terasa menyengat dikepala.

Aku mengantarnya pulang dan sesampainya disana aku ingin langsung pergi karena jam istirahat kerja akan berakhir, tetapi aku tidak rela meninggalkannya sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk izin setengah hari ini untuk tidak masuk lagi.
"Kak Bobi..."
"Iya Ratna.."
"Bukannya kakak sudah harus masuk kerja lagi, bukannya jam istirahat kakak sudah mau berakhir?"
"Oh kamu ga usah khawatir, aku udah izin kok dan besok akan diganti seharian full jam kerjanya" jawabku dengan tenang
"Maafin aku ya kak, karena aku kakak jadi ga kerja dan hanya untuk menemaniku jam kerja kakak juga terganggu"
"Jangan berbicara seperti itu Ratna, aku ikhlas ngelakuin ini semua buat kamu. Dan aku tidak merasa direpotkan dengan hal ini" dalam hatiku berkata karena aku mencintaimu Ratna seandainya kau tahu.
"Makasih ya kak, kakak selalu ada buat aku kapanpun aku mau"
"Iyaa dong, kamu senyum dong jangan sedih lagi. Kalau kamu ga senyum kakak ga mau nemenin kamu lagi" jawabku sambil mengelus lembut pipinya
Akhirnya senyuman itu terpancar indah di bibirnya, betapa senangnya hati ini melihat senyuman itu Oh Ratnaku.
"Kamu belum makan bukan siang ini?" tanyaku dengan risau
"Jangankan makan siang, untuk minum saja rasanya mulut ini pahit kak. Aku belum ada rasa lapar, mungkin sebentar lagi"
"Kamu ga boleh begitu Ratna, kesehatan kamu adalah yang paling utama. Kalau kamu sakit pasti Mikhael akan sangat sedih melihatmu dari sana, kamu harus makan ya"
Ratna malah menangis karena aku telah mengingatkannya kembali pada kekasihnya Mikhael yang sudah pergi menghadap Tuhan yang Maha Kuasa terlebih dahulu yang disebabkan oleh kecelakaan maut dijalan raya sepulang dari tempatnya bermain futsal bersama teman-temannya.
"Ratna, maaf tidak ada maksud membuatmu untuk semakin bersedih. Aku hanya tidak ingin keadaanmu memburuk atas kejadian ini. Maafkan aku Ratna!" Aku merasa bersalah telah mengungkitnya kembali
Namun dia hanya terdiam lalu berlari menuju kamarnya dan meninggalkanku sendiri diruang tengah rumahnya.
Ku coba untuk mendekati dan mengetuk pintu kamarnya untuk meminta maaf namun tidak ada jawaban, akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja agar dia lebih tenang.

Pagi sekali ku lihat jam wekerku telah menunjukkan pukul 07.15 terdengar suara memanggilku dari luar kamarku dan ternyata itu adalah Ratna. Aku beranjak dari kasur dan keluar kamar, ternyata benar sudah ada Ratna tengah duduk menungguku didepan rumahku. Dan akupun menghampirinya.
"Ratna, ada apa pagi sekali kemari? Kamu mau minta anterin ke kampus kenapa ga nelpon aja sih kan aku bisa jemput kamu"
"Hmm enggak kak, aku kesini mau minta maaf atas sikapku semalam. Seharusnya Ratna tidak mengacuhkan omongan dan meninggalkan kak Bobi sendiri saja. Maafin Ratna kak" jawabnya tertunduk tanpa melihatku
"Ratna, aku udah maafin kamu kok. Harusnya aku yang minta maaf sama kamu tidak seharusnya aku berkata seperti itu." kuelus rambut panjangnya dan tersenyum kearahnya
"Makasih ya kak, maaf Ratna ga bisa bales kebaikan kak Bobi selama ini sama Ratna"
"Kamu tidak perlu balas apapun yang pernah saya lakuin ke kamu, melihat dan membuatmu senang adalah kebahagiaan dan tugasku sesungguhnya."
Ku rangkul dia dalam pelukku dan Ratna pun membalasnya. Terimakasih cinta.

Tiga bulan telah berlalu, akhirnya segala kesedihan Ratna sudah mulai hilang tidak seperti dulu yang selalu ingat dan menangis akan kepergiaan kekasihnya. Kedekatanku dengan Ratna pun semakin membuatku bahagia, dia sungguh tidak pernah jauh dari jangkauanku hingga rasa ini semakin dalam untuknya dan sama sekali aku tidak mampu untuk menepisnya.
Aktivitas Ratna yang habis dikampus dan bertemu denganku membuat hari-harinya jauh lebih baik lagi dari sebelumnya.
Dan hari ini tepatnya jam 1 siang seperti biasanya aku akan menjemputnya ke kampus dan mengantarnya pulang, maka segera aku bergegas menuju parkiran tempatku bekerja dan meluncur dengan cepat ke kampus Ratna.
Sesampainya dikampus, aku tidak melihat Ratna menungguku ditempat biasanya. Lalu tanpa sengaja aku melihat teman Ratna yang biasa temannya menunggu ditempat yang sama tiba dan aku bertanya keberadaan Ratna apakah dia belum keluar kampus tetapi ternyata Ratna telah dulu keluar kampus dan Ratna telah pulang bersama teman satu mata kuliahnya. aku mengeluarkan handphone dari sakuku dan mencoba menghubungi Ratna.
"Hallo, Ratna kamu dimana? Kamu pulang dengan siapa?" tanyaku khawatir
"Hallo Kak Bobi, Ratna lagi diluar sama temen. Mereka lagi ngadain acara ulang tahun gitu jadi Ratna diajakin dan aku rasa tidak salah untuk ikut mereka. Kakak ga usah khawatir Ratna baik-baik aja kok, dan maaf Ratna ga sempat ngabarin kak Bobi supaya ga usah jemput Ratna hari ini." jawabnya santai dan terdengar suara tertawa besar dari belakang Ratna
"Oh yaudah kalau gitu, iya gapapa kok. Nanti pulang nya kerumah jangan kelamaan ya, dan kamu jangan lupa makan siang" ku coba untuk tetap memperhatikannya karena hati ini merasa khawatir dirinya bersama orang lain.
"Iya kak Bobinya Ratna yang paling bawel, makasih ya udah ingetin. Udah dulu ya kak, ga enak sama temen-temen Ratna nih sampai ketemu nanti ya Bye!"
Telpon tertutup, dengan rasa sedikit kecewa aku pergi meninggalkan kampus Ratna dan kembali ketempatku bekerja.
Sejak saat itu, Ratna seperti menjauhiku dan aku penasaran mengapa kini dia tidak pernah memintaku untuk menemaninya lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak masuk kerja dan mengunjungi Ratna kerumah nya.
Setibanya dirumah Ratna, aku mengetuk pintu rumahnya namun tidak ada jawaban sama sekali. Dimana dia, fikirku. Lalu aku tidak berhenti sampai disitu saja, aku mengambil handphone dan mencoba untuk menghubungi Ratna.
Tetapi nihil, aku tidak menerima jawaban dari Ratna. Ke khawatiranku semakin menjadi, aku telah melalaikan orang yang ku cinta, bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya. Aku mengambil motorku dan melaju kekampus Ratna, mungkin aku akan bertemu dengan temannya dan mengetahui dimana keberadaan Ratna.
Sesampainya dikampus, aku melihat teman satu mata kuliah Ratna dan segera ku temui dirinya yang sedang berjalan menuju kelas.
"Hei, maaf bisa bertanya sebentar?" Sapaku saat itu aku tidak mengetahui siapa namanya
"Heeh, kamu yang sering antar jemput Ratna ya?" Tanyanya balik untuk memastikan akan diriku
"Iya benar, saya temannya. Kamu satu mata kuliah dengan Ratna bukan?"
"Iya kita satu mata kuliah, kenalin nama saya Lintang." Dengan senyumnya memperkenalkan dirinya dan menjulurkan tangannya ke arahku
"Salam kenal juga, saya Bobi. Kamu bisa anter saya kekelas untuk bertemu Ratna?" Dengan menyambut jabatan tangannya
"Wah, itu dia sudah berapa hari ini Ratna tidak masuk kampus. Kita sekelas mencoba menghubungi nya dan keluarga namun tidak ada jawaban."
 Sungguh, aku terkejut mendengar jawaban Lintang. Hati terasa sangat sakit seperti kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupku. Aku tidak tahu harus bagaimana dan kemana mencari Ratna.
"Eh tapi ntar deh, aku baru keinget. Kemarin Ratna dibawa si Tito ke acara ultahnya, nah sejak saat itu Ratna mulai bolos ngampus. Coba aja dateng kerumahnya mungkin aja Tito tahu keberadaan Ratna karena mereka sempat dikabarkan lagi deket gitu."Tuturnya
"Deket? Maksud kamu mereka pacaran?" Seolah aku tidak percaya
"Iya, kemungkinan mereka sudah jadian."jawabnya singkat
"Kamu tahu ga alamatnya, saya boleh minta?"
Akhirnya Lintang menulis disebuah kertas dan menyerahkannya kepadaku seketika itu juga aku langsung pamit dan mengucapkan terimakasih.
Sepanjang perjalanan aku tidak berhenti berfikir, apa yang terjadi dengan Ratna benarkah dia telah mencintai pria lain. Secepat itukah dan tidak mengerti dengan perasaanku padanya.
Setelah sampai didepan rumah yang cukup besar dan luas itu, aku melihat nomor rumah dengan alamat yang diberikan oleh Lintang ternyata sama. Aku turun dari motor dan mendekati Pos satpam yang berada tepat digerbang rumahnya.
"Permisi pak, apa benar pemilik rumah ini yang bernama Tito?"
"Iya betul sekali, ada perlu apa mas?"tanya nya sembari mendekatiku
"Saya ingin bertemu Titonya boleh? Saya ada keperluan sebentar saja pak."Jawabku memohon
"Sebentar saya Telpon Tuan Tito dulu"
Dengan waktu yang cukup lama aku menunggu, dan akhirnya Tito pun keluar dengan seorang wanita menggunakan mobil. Dan, wanita itu adalah Ratna! Rasa senang bercampur sakit melihat orang yang ku sayangi bergandengan mesra bersama pria lain dan menggunakan pakaian yang sedikit terbuka.
"Ratna, apa yang terjadi mengapa kamu disini dan berpenampilan seperti ini?"Tanyaku tanpa memperdulikan Tito yang ada disebelahnya
"Siapa pria ini sayang, kamu kenal?"Tanya Tito kepada Ratna dengan kening berkerut
Ratna hanya menggelengkan kepalanya dan terdiam membisu menatapku dengan mata berkaca-kaca. Apakah dia menangis? Mengapa dia tidak menjawabku?
"Maaf anda siapa, ada perlu apa dengan pacar saya?"Dengan tatapan sinis Tito menatapku
"Saya teman Ratna, maaf telah mengganggu. Saya hanya ingin melihat keadaannya dan memastikan bahwa Ratna telah bahagia dan aman bersama kamu, saya mohon jaga Ratna jangan biarkan dia larut dalam kesedihannya. Saya permisi dulu, terimakasih atas waktunya." Aku membalikkan badan dan keluar dari halaman rumah yang cukup luas itu.
"Tunggu..... Kak Bobi, maafkan Ratna selama ini telah membuat Kak Bobi repot dan mengganggu jam kerja kakak terimakasih untuk semuanya." Dia memelukku dari belakang yang ternyata menghampiriku ketika pergi.
"Ratna, aku tidak pernah merasa direpotkan dan diganggu oleh hadirmu. Kamu tau? Aku ikhlas melakukan itu semua karena aku mencintaimu Ratna, aku tidak perduli dengan pekerjaanku disaat kamu sedang sedih dan membutuhkanku, aku pasti ada disampingmu. Namun apa kini? Kau berubah, lihat dirimu. Segala waktu yang kuberikan ternyata sia-sia, kuliah dan keadaanmu sekarang membawa arti bahwa hadirku tidaklah membuatmu bahagia dan ternyata bahagiamu bersama pria impianmu. Maafkan aku Ratna, telah mencintaimu. Aku akan pergi, dan tidak akan pernah mengusik segala tentang dirimu dan apapun itu. Permisi."Jawabku dan melepaskan pelukan nya dari tubuhku dan meninggalkannya.
Ratna hanya menangis melihat kepergianku.

Sebulan berlalu, aku tidak pernah mendengar kabar Ratna lagi. Namun entah mengapa saat itu aku sungguh merindukannya, ingin rasanya aku datang menemuinya tetapi setelah aku mengingat bahwa dia telah mencintai dan bersama pria lain seketika kuurungkan niatku untuk menemuinya.
Disaat jam istirahat aku tengah menikmati makan siangku bersama team kerjaku, handphoneku berbunyi dan ternyata Ratna menelponku. Tanpa menunggu lama aku segera menganggangkat telpon darinya.
"Hallo, kak Bobi... Tolong aku kak.. Tolong aku... !" Belum sempat aku bertanya ada apa, suara tangisan Ratna membuatku tersontak kaget.
"Kamu kenapa Ratna? Apa yang terjadi, mengapa kamu menangis?"Jawabku dengan penuh kebingungan.
"Tolong temui aku dirumah sekarang kak, mohon kak cepat!" Telpon langsung terputus.
Tanpa banyak berfikir dan meninggalkan makan siangku, aku langsung meluncur dan pergi menuju kerumah Ratna.
Sesampainya disana, aku semakin bingung dengan keramaian yang ada dirumah kediaman Ratna. Aku segera menerobos keramaian tersebut dan masuk kerumahnya, dan aku melihat tubuh Ratna telah bersimbah darah yang terletak dilantai tepat didepan pintu kamarnya yang ternyata telah tiada. Aku langsung terjatuh dan memeluk tubuhnya tanpa perduli dengan apapun.
"Ratna, apa yang terjadi? Mengapa seperti ini?" Aku mengguncang tubuh wanita yang kucinta selama ini berharap dia kembali. Namun semua tidak sesuai dengan inginku.
"Ratnaa..... Maafkan aku tidak menjaga dan berada disampingmu. Maafkan aku telah meninggalkanmu pada orang yang salah. Bangun Ratna, aku disni sekarang disampingmu. Lihat, buka matamu. Ada pria bodoh yang mengharapkan cinta darimu namun tak mampu menjaga cinta itu dan membiarkanmu dilukai orang lain. Ratnaaa......"Tangis yang tidak lagi mampu kutahan dan segala amarah yang teramat sangat dalam dan begitu sesak didada ini.
Sore itu juga jenazah Ratna dimakamkan oleh keluarga dan masyarakat setempat, aku melihat kehadiran Lintang hadir disana dan menemuiku yang tengah duduk disebelah makam Ratna.

"Aku turut berduka Bob, aku juga tidak menyangka bahwa Tito akan sejahat itu ke Ratna. Aku fikir dia tulus mencintai Ratna, namun sayangnya Ratna hanyalah korban taruhan Tito dengan teman-temannya dan membuatnya tersiksa hingga mempermainkan dirinya hingga mampu menghabisi dirinya ketika Ratna tidak memenuhi keinginan batin mereka. Ratna diancam olehnya agar tidak memberitahu pada siapapun atas perlakuan mereka, itulah sebabnya dia hanya melihat dan menangisi kepergianmu saat itu. Namun didalam hatinya dia berharap penuh saat itu bahwa kau membawanya pergi dari tempat itu, namun karena kekecewaanmu terhadapnya membuatmu tidak mengerti akan hal itu. Kemarin Ratna menghubungiku dan dia baru cerita semuanya bahwa handphonenya disadap oleh Tito itu sebabnya dia tidak pernah menghubungi siapapun kecuali hanya Tito." Lintang mengelus pundakku sembari menceritakan semuanya. Dan Tito telah di tangkap karena bukan hanya diduga telah membunuh Ratna, namun ternyata Tito adalah agen pengedar narkoba.
"Terimakasih Lin, aku yang bodoh tidak bisa memahami seutuhnya perasaan Ratna. Aku hanya memikirkan perasaanku sendiri, aku mengabaikan perasaannya."Jawabku dengan tertunduk malu dihadapan Lintang.
"Semua telah terjadi dan tidak dapat disesali Bob, sesungguhnya Ratna juga mempunyai perasaan yang sama denganmu. Dia menyadari itu semua ketika dirinya bersama Tito dan merindukanmu, dia merindukan segala perhatianmu padanya. Namun apa daya, dia tidak mampu berbuat apa-apa. Ingin mengatakan kebenarannya saja dia tidak bisa, dia merasa malu terhadap dirinya sendiri dan berfikir bahwa kamu telah membenci dirinya. Itulah sebabnya dia memendam segala isi hatinya saat bertemu denganmu dan hanya bisa menangis."Tuturnya mencoba meyakinkanku
Kepergianmu kini membuatku sangat terluka Ratna, memilikimu hanyalah angan-anganku semata. Kau telah bahagia disana bertemu dengan Mikhael. Maafkan aku.
Di hadapan batu nisanmu kini, aku hanya bisa menangisi semua yang telah terjadi. Walaupun kau telah tiada, percayalah cintaku tidak akan berubah. Kau akan tetap hidup dijiwaku dan akan tetap bersamamu.
"Mari kita pulang Bob, sepertinya hari akan hujan. Besok masih ada waktu untuk datang menemui Ratna kembali." Lintang membantuku berdiri dan membawaku masuk ke mobilnya lalu pergi meninggalkan pemakaman itu.
Di sepanjang perjalanan aku hanya terdiam, dan Lintang juga sepertinya mengerti dengan perasaanku hingga dirinya mencoba untuk terdiam dan tidak mengajakku untuk berbicara hanya alunan musik yang di play nya mengisi kesunyian kami saat itu. Kini aku sadar bahwa sesungguhnya cinta tidak harus memiliki, namun cinta mampu membuat hidup seseorang jatuh ke dalam luka yang begitu dalam dan cinta juga mampu membawa kebahagiaan yang teramat dalam. 
S E K I A N ❤❤

Komentar