Ku lirik jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 16.30 wib. Aku membenahi berkas yang berserakan di meja kerjaku. Namaku Tika, saat ini usiaku memasuki yang ke 24 tahun dan aku bekerja di salah satu kantor swasta, dan kerja kantoran adalah salah satu cita-citaku di saat aku duduk di bangku SMA. Aku sudah bekerja selama 3 tahun. Tiga tahun bagiku waktu yang sangat cepat, karena sampai saat ini aku masih sendiri. Ya, kesendirian yang cukup lama. Namun bukan berarti kesendirian ini menjadi alasan untuk tidak bahagia walau sejujurnya sangat menyedihkan.
Berhubung tempat kerja dengan rumah kontrakanku tidak terlalu jauh, cukup dengan berjalan kaki saja dan tidak perlu mengeluarkan biaya transport selesai berbenah aku langsung pulang. Kurang lebih dari 10 menit aku berjalan akhirnya sampai ke kontrakanku. Seperti biasa, setelah pulang ngantor aku pasti akan tidur untuk melepas penat dan kejenuhan setelah seharian penuh dikantor dengan pekerjaan yang tidak pernah berhenti datang.
Ketika hendak memejamkan mata, notifikasi sms datang dari salah satu temanku saat sekolah dulu. Namanya lusi. Dia adalah mahasiswa Administrasi Negera di salah satu universitas dikotaku. Ternyata dia mengajakku untuk berkumpul malam ini. Dengan senang hati akupun membalas nya dengan kata "Oke".
Setelah bangun dari tidurku, aku langsung mandi dan bersiap-siap untuk pergi. Aku menggunakan celana jeans kesukaanku dan baju kaos yang tidak terlalu pas di tubuhku karena takut para lelaki akan memperhatikanku selama diluaran sana. Tidak lupa memoleskan lipstik berwarna merah kesukaan di bibirku dengan rambut panjang ikalku yang di gerai dengan bebas.
Aku berangkat dengan ojek online yang sudah ku pesan dan akhirnya sampai di depan sebuah cafe yang sudah di beritahu lusi kepadaku melalui whatsapp. Aku memasuki cafe tersebut dan mencari keberadaan lusi dan monik, saat ku lihat lusi melambaikan tangannya akupun menghampiri mereka.
"Hallo guys, apa kabar?" Sapaku sembari mengambil posisi tempat duduk di pojokan meja.
"Hallo, baik tik. Kamu apa kabar?" Jawab lusi
"Ya, masih sama seperti yang kemarin masih tetap sendiri."
Lusi dan mocik menertawaiku.
"Baper deh jadinya. Gini nih kelamaan sendiri gampang baper!" Sahut monik sambil melirik kearahku. Aku hanya tertawa mendengarnya.
Setelah memesan menu pilihan dan sembari menunggu, kami bercerita banyak hal tentang kisah kami masing-masing.
"Eh.. ngomong-ngomong cariin aku pasangan dong. Bentar lagikan valentine nih masa iya sih aku sendiri lagi!" Aku mencoba mengganti topik pembahasan sambil tertawa.
"Aah ribet nyariin buat kamu tik. Kalau dikasih pasti gak bakalan mau. Bingung tipe priamu yang seperti apa, ada aja yang kurang dari setiap cowok yang kita kenalin" sambar lusi menjawabku
"Iya bener tuh kata lusi. Mending cari sendiri aja deh tik. Jadi kamu bisa lihat dan tahu secara langsung orangnya seperti apa tanpa perantara." timpal monik menambah jawaban lusi
"Yah, jangan gitu dong. Katanya teman baik masa gak mau bantuin sih!" Jawabku dengan nada seolah-olah sedih
"Bukan gak mau tik, emang beneran sulit mencari yang sesuai dengan kriteriamu. Bener kata monik kenal secara langsung lebih bagus. Lagian ngapain pusing, kalau jodoh gak bakalan kemana. Tuhan aja menciptakan manusia berpasangan, gak mungkin kamunya gak punya. Emang belum waktunya aja buat di pertemukan sekarang tik. Sabar aja ya!" lusi mencoba menyemangatiku
"Iyaa kalau itu sih aku tahu. Tapi jujur deh, serasa gak punya semangat hidup gak ada yang spesial gitu setiap harinya. Pengen aja hari-harinya lebih berwarna, ada momen disaat bertengkar terus baikan lagi apalagi kalau sama-sama berjuang buat masa depan." jawabku sedih
"Siapa juga yang gak pengen kaya gitu tik, semua orang juga bakal rasa hal yang sama kaya kamu. Itu tadi kalau belum saatnya mau gimana? Yang penting selain berusaha kita juga harus berdoa sungguh-sungguh supaya nanti Tuhan mempertemukan dengan orang yang tepat agar kita tidak salah pilih. Intinya sekarang kita harus sabar." Tutur lusi
Aku dan monik hanya terdiam dan mengangguk kecil atas penjelasan lusi sambil terus menikmati menu yang telah disuguhkan di hadapan kami. Akhirnya aku, lusi dan monik beralih ke topik lain dan tertawa bersama tanpa perduli dengan orang yang berada di sekitar kami.
Namun, di dalam hati ini masih bertanya berapa lama lagi Tuhan aku harus menunggu?
-end
-end
Komentar
Posting Komentar